|
Sinopsis:
Di masa lalu Nemo bersahabat baik dengan superhero Gundala Putera Petir. Dengan menghilangnya para superhero dari waktu ke waktu membuat Nemo galau. Ia tidak bisa menerima kenyataan itu dan terus berupaya mencari keberadaan superhero itu.
Di lain pihak, kejahatan semakin merajalela dan meningkat kualitasnya, namun tak ada yang bisa menyeimbangkan kualitas itu. Para superhero yang dapat mengatasi kejahatan itu hilang tanpa jejak. Namun Nemo tak menyadari, bahwa kegigihannya mencari superhero tersebut justru sebenarnya menjadikan dirinya "superhero". Bukan karena kostumnya, kekuatan fisik atau kesaktiannya, tetapi justru karena dedikasi pekerjaannya, keteguhan hatinya dan pelayanan yang penuh setia, sabar dan cinta terhadap istri dan anaknya.
Catatan:
Komik ini tidak diterbitkan secara komersial karena alasan teknis.
Ulasan Pembaca:
Memperhatikan sebagian cerita (atau malah banyak kisah) dalam kisah-kisah keperwiraan dalam cerita rakyat di Tanah Air, saya melihat ada semacam keajegan yang saya sebut sebagai pola: ksatria-abdi. Maksudnya, para ksatria yang serta-merta menjadi tokoh protagonis ini, kerap kali didampingi para abdi kinasih. Cikal bakal pola semacam ini, mula-mula terlihat dari kisah pewayangan. Dalam wayang gaya Jawa, para ksatria Pandawa, misalnya, kerap didampingi panakawan: Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Wayang Bali juga memiliki karakter panakawan yaitu Malen dan Merdah.
Dalam cerita Menak dari Persia (yang terkenal sebagai Hikayat Amir Hamzah) yang berkembang bersamaan dengan agama Islam di Indonesia terdapat pula “panakawan” dengan nama Umarmaya-Umarmadi dengan tokoh ksatria Amir Hamzah yang oleh masyarakat Jawa disebut Amir Ambyah. Beranjak ke Hikayat Blambangan, ksatria Damar Wulan juga disertai abdi Sabdo Palon dan Naya Genggong.
Dalam lakon-lakon tradisi itu, para abdi menempati posisi penting. Dalam kisah-kisah tradisi yang ada di seantero Nusantara, para abdi menempati posisi unik. Sebagai sosok abdi, ia tidak sekadar melayani juragannya. Ia juga berfungsi sebagai penghibur para ksatria. Bahkan, para abdi ini sering menjadi pemecah kebuntuan ketika sang ksatria menempuh kesulitan.
Para abdi juga sering digambarkan sebagai sosok yang lucu. Ini jelas tergambar dalam teater tradisional seperti ketoprak. Bahkan, dalam ketoprak, abdi dalem yang lucu ini, mendapat porsi yang penting. Mereka hampir pasti ditampilkan dalam satu segmen tersendiri yaitu dagelan, sekaligus “jeda” untuk menurunkan tempo permainan.
Lantas apa urusannya pola ksatria-abdi ini dalam riwayat komik Indonesia? Penggemar komik Indonesia tahun 70-an, akan menemukan pola ini dalam petualangan Gundala dan Godam karya dua sekawan komikus kondang asal Yogyakarta: Hasmi-Wid NS. Dalam satu perbincangan, Hasmi mengisahkan, dalam proses kreatifnya ia kerap berdiskusi dengan Wid NS. Salah satu hasil diskusi membuahkan pemikiran bahwa mereka juga ingin membuat semacam abdi buat Gundala dan Godam.
Menariknya, dengan sengaja mereka menghadirkan sosok mereka sendiri dalam petualangan dua superhero ternama itu. Hasmi dan Wid NS menggambar sosok abdi ini benar-benar mirip wajah dan postur mereka sendiri. Nama para abdi ini juga mengambil nama mereka, Nemo dan Noor Slamet. Dalam sejarah komik berjenis superhero di Indonesia (bahkan mungkin di dunia), di masanya pola ksatria-abdi ini hanya menjadi milik mereka berdua,
Meminjam konstruksi abdi dalam seni tradisi, Hasmi dan Wid NS juga melekatkan sosok Nemo dan Noor Slamet sebagai tokoh yang kocak. Khusus untuk Nemo, Hasmi menggambarkannya sebagai sosok yang sok tahu, bergaya, agak penakut, lucu, tapi di balik segala keluguannya itu, Nemo amat setia dan jujur.
Hasmi cukup intens memunculkan sosok Nemo dalam petualangan Gundala. Mereka digambarkan bersahabat. Nemo pun muncul dalam beberapa judul untuk menemani Gundala. Hasmi pertama kali memunculkan Nemo, juga Noor Slamet tahun 1971 lewat Bentrok Jago Dunia itu, sedangkan Wid NS baru menghadirkan Noor Slamet tahun 1974 lewat komik Bocah Atlantis.
Setelah Bentrok Jago Dunia, Nemo muncul dalam judul 1000 Pendekar, Pengantin Buat Gundala, Istana Pelari, dan Surat dari Akhirat. Hasmi melukiskan, Nemo kerap terlibat dalam petualangan seru Gundala. Dalam perjalanannya, Nemo menjadi karakter unik karya sang maestro superhero. Karakter Nemo pun sangat diakrabi penggemar komik Gundala.
***
Sekian waktu berlalu, sang abdi Nemo muncul kembali tahun 2012 ini lewat kreativitas tim Metha Studio, sebuah penerbit komik di Yogyakarta. Atas seizin Hasmi, Metha Studio menggagas sebuah kisah komik berjudul memikat: Nemo Mencari Jejak Superhero karya seniman komik asal Surabaya, Dwi Jink Aspitono. Namun, sang abdi tampil sendiri tidak disertai ksatria Gundala.
Kenapa memikat? Komik setebal total 106 halaman ini mengajak pembaca ke alur kisah Gundala di era tahun 70-an. Terlihat, Jink begitu memahami karakter kisah karya Hasmi dan membawanya ke era sekarang dengan melukiskan sosok Nemo yang sudah sepuh.
Inilah kisah Nemo sepuh yang sudah berkeluarga itu, begitu merindukan kehadiran para superhero sahabatnya. Nemo muda dalam kisah Hasmi memang beberapa kali terlibat dalam petualangan seru mengungkap kasus kejahatan bersama Gundala juga superhero lain: Godam, Pangeran Mlaar, Maza, Aquanus, Tira, Sembrani dan superhero lain.
Kali ini, di kala kejahatan zaman ini merebak, Nemo terheran-heran ketika para superhero sahabatnya tidak muncul, seolah hilang ditelan bumi. Yang muncul justru Godam muda (komik ini sekaligus menautkan kisah dalam komik Godam Reborn, terbitan Metha Studio sebelumnya.) Berita tentang Godam muda yang tampil memberantas “penjahat kecil” membuat Nemo merindukan para ksatria. “Di mana mereka sekarang? Pensiunkah mereka atau ada yang meninggal seperti Mas Noor Slamet?” ujar Nemo bermonolog. Dalam panel ini Jink merujuk pada kepergian Noor Slamet (notabene Wid NS yang sudah mendahului sahabatnya, Hasmi).
Panel-panel berikutnya menggambarkan masa kebersamaan antara Nemo dan Noor Slamet (yang dalam kisah Hasmi, dua tokoh ini beberapa kali ditampilkan bersamaan.) Selanjutnya, peristiwa demi peristiwa membawa Nemo dalam petualangan baru menghadapi kejahatan tanpa kehadiran para superhero.
Komik ini menarik setidaknya dengan beberapa alasan. Jink mampu membawa kisah tanpa kehilangan atmosfer Hasmi. Kelucuan dan kesegaran dialog ala Nemo yang biasa muncul dalam komik Hasmi, kembali berhasil dihadirkan Jink tanpa kehilangan konteks. Jink juga berhasil melukiskan sosok Nemo tua tanpa kehilangan karakternya.
Sayangnya, karya Jink yang dikemas dengan gaya komik strip ini hanya cetak terbatas, sehingga tidak memungkinkan para penggemar komik menikmatinya. Mereka pun tidak bisa menikmati kegalauan Nemo mencari superhero sahabatnya. Jangan-jangan, para penggemar komik Indonesia hari-hari belakangan ini juga galau lantaran superhero kesayangannya sudah lama tidak hadir lagi. Atau jangan-jangan ini juga wujud keresahan kreator Nemo Mencari Jejak Superhero? Kali ini, sang abdi kehilangan ksatrianya.
Desember 2012
Sumber: henrykomik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar